Sabtu, 22 November 2008

Mengukur Kualitas Bangsa

Membaca adalah kebutuhan. Kebutuhan yang sering kita lalaikan. Seperti halnya kita butuh kepada makanan, minuman, pakaian seperti itupula kita butuh pada bacaan. Karena dengan membaca kita menjadi tahu. Dan orang yang tahu ilmunya pasti berbeda dengan yang tidak tahu. Ayat pertama yang Allah Swt turunkan kepada Nabi Muhammad Saw cukup menjadi motivasi awal kita untuk membaca. "Bacalah dengan nama Rabmu yang telah menciptakan".

Kebiasaan membaca yang lemah muncul dikarenakan minat baca yang rendah. Dengan kebiasaan membaca yang lemah menyebabkan kemampuan membaca yang lemah pula. Jadi semuanya saling keterkaitan antara minat, kebiasaan dan kemampuan membaca. Kebiasaan membaca juga merupakan indikator kualitas sebuah bangsa. Sangat memilukan bahwa kemampuan membaca anak-anak Indonesia -dengan jumlah muslim terbesar didunia- menempati posisi terakhir berada dibawah Filipina, Thailand, Singapura dan Hongkong dalam studi lapangan yang dilakukan oleh Vincent Greanary tahun 1998. International Association for Evaluation of Educational ( IEA ) pada tahun 1992 juga dalam sebuah studi kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar kelas IV pada 30 negara di dunia, menyimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-29 setingkat di atas Venezuela.

Kebiasaan membaca pada masyarakat umum juga rendah. Salah satu indikatornya adalah jumlah surat kabar yang dikonsumsi oleh masyarakat. Idealnya satu surat kabar dikonsumsi sepuluh orang, tetapi di Indonesia angkanya 1:45; artinya setiap 45 orang mengonsumsi satu surat kabar. Di Filipina angkanya 1:30 dan di Sri Lanka angkanya 1:38. Artinya dalam soal membaca, masyarakat kita kalah dibandingkan dengan masyarakat negara berkembang lainnya seperti Filipina dan bahkan dengan masyarakat negara belum maju seperti Sri Lanka. Indikator lainnya adalah rendahnya pengunjung perpustakaan. Kepala Perpustakaan Nasional, Dady P. Rachmanata, menyampaikan informasi mengenai rendahnya pengunjung perpustakaan nasional dan perpustakaan daerah di seluruh Indonesia. Dari pengunjung yang ada hanya 10 s.d. 20 persen yang meminjam buku dan kalau diasumsikan kebiasaan membaca itu ada pada mereka yang meminjam buku maka tingkat kebiasaan membaca kita baru 10 s.d. 20 persen. Padahal, di negara maju angkanya mencapai 80 persen.

Belum hilang rasa prihatin kita ternyata dalam hasil survey interaktif di salah satu stasiun televisi baru-baru ini menyebutkan bahwa mahasiswa perguruan tinggi kita juga tidak jauh berbeda dengan anak-anak SD. Mahasiswa yang seharusnya bergelut dengan buku malah seolah-olah tidak mengenal buku sama sekali. Dalam survey tersebut dinyatakankan 90% dari mahasiswa kita tidak ada menamatkan satu bukupun dalam sebulan. Mereka hanya membaca ketika ada tugas dari dosen atau akan ujian. Dan yang bergabung dengan komunitas-komunitas pembacalah yang mampu menamatkan hingga 3 buku dalam sebulan menurut survey tersebut. Terlepas dari benar atau tidaknya hasil survey tadi namun gejala seperti itu juga terasa di negeri 1000 buku ini. kebiasaan berteman dengan buku hanya ketika akan ujian saja. Kemana-mana dibawa. Sampai tidurpun juga dengan buku. Indah sekali, terkesan ilmiah dan cinta ilmu! tapi sayang selesai ujian bukupun dipinggirkan.

Banyak hal yang menyebabkan rendahnya minat baca bangsa kita. Diantaranya; Pertama: kebiasaan pembelajaran kita menyebabkan pelajar pasif. Tidak menuntut mereka untuk lebih aktif dalam mencari informasi dan tambahan maklumat. Kedua: banyaknya jenis-jenis hiburan yang menghiasi hari-hari masyarakat kita. Mulai dari tayangan di media hingga tempat-tempat yang disediakan khusus untuk hiburan. Ketiga: sangat minimnya perpustakaan, taman bacaan serta buku-buku yang diterbitkan.

Penulis yakin diantara kita juga banyak yang tidak tahu bahwa tanggal 17 Mei adalah hari baca nasional. Pertanyaannya adalah apakah dengan adanya hari baca nasional akan meningkatkan minat baca bangsa kita? Tentu tidak! Karena ini bukan penyakit yang obatnya hanya dengan penentuan hari baca nasional. Ini penyakit turunan yang telah mendarah daging pada bangsa kita. Perlu kerja serius dan ekstra. Mulai dari individu hingga pemerintah. Maka tanamkanlah dalam diri kita "tiada hari tanpa membaca". semoga.

sumber : http://kmm-mesir.org/content/view/128/126/

Tidak ada komentar: